Sahabat ustadku yang dirahmati oleh Allah, semoga kita selalu dilimpahkan rezeki dan selalu dalam lindungnNya.
Sahabat ustadku sekalian, sebelum kita masuk ke pertanyaan inti, kita harus bisa membedakan apakah virus corona termasuk ath-tha’un atau al-waba’. Beberapa ulama mempunyai pendapat sendiri tentang kedua hal ini, ada yang menganggapnya sama dan ada pula yang berbeda.
Beberapa ulama dan pakar Bahasa Arab menyebutkan jika ath-tha’un adalah sebuah wabah yang menyebar luas dan menyebabkan kematian, sedangkan al-waba’ adalah penyakit yang menular di suatu wilayah. Kemudian beberapa pakar dan ulama mengklasivikasikan bahwa virus Corona ke dalam ath-tha’un, dan ulama yang berpendapat tentang hal ini adalah ulama-ulama besar yaitu Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Alu Asy-Syaikh (mufti ‘aam kerajaan Saudi Arabia), Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr (ulama besar di kota Madinah), dan juga Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily (ulama besar di kota Madinah).
Jika kita sudah menentukan pengertian sebenarnya dari ath-tha’un, maka kita akan membahas apakah orang yang meninggal karena ath-tha’un ini termasuk orang yang mati syahid atau tidak. Lalu, apa yang dimaksud dengan mati syahid? Seperti apakah orang-orang yang mati syahid itu? Menurut Imam Nawawi rahimahullah, dijelaskan mati syahid itu ada tiga macamnya yaitu:
Maka, jika kita melihat dari ketiga jenis syahid di atas, jika orang yang meninggal karena wabah virus itu berada dalam golongan yang ke dua. Kemudian, ada juga beberapa hadis yang memperjelas tentang bagaimana orang yang meninggal karena wabah, dikatakan sebagai mati syahid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena ath-tha’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914)
Namun, tidak semua orang yang terkena wabah itu meninggal dengan syahid, karena ada hal dan syarat yang harus diperhatikan, sesuai sabda Rasulullah SAW, dari Yahya bin Ya’mar, Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan kepadanya, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang ath-tha’un (wabah yang menyebar dan mematikan), maka beliau menjawab,
كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ ، مَا مِنْ عَبْدٍ يَكُونُ فِى بَلَدٍ يَكُونُ فِيهِ ، وَيَمْكُثُ فِيهِ ، لاَ يَخْرُجُ مِنَ الْبَلَدِ ، صَابِرًا مُحْتَسِبًا ، يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ، إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ
“Itu adalah azab yang Allah turunkan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Namun Allah menjadikannya sebagai rahmat kepada orang beriman. Tidaklah seorang hamba ada di suatu negeri yang terjangkit wabah di dalamnya, lantas ia tetap di dalamnya, ia tidak keluar dari negeri tersebut lalu bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah, ia tahu bahwa tidaklah wabah itu terkena melainkan dengan takdir Allah, maka ia akan mendapatkan pahala syahid.” (HR. Bukhari, no. 6619)
Berdasarkan hadis ini, kita bisa tahu jika wabah itu bisa menjadi azab bagi orang yang Allah kehendaki azab. Orang-orang yang dimaksud adalah orang-orang kafir, kemudian Allah SWT menjadikan wabah ini sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Orang yang mati syahid karena wabah adalah mereka yang terus sabar dan yakin jika wabah ini merupakan takdir dari Allah SWT. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat.
Wasalamuallaikum wr, wb.