Ustadku

Menunda Hutang adalah Kezalima

Sahabat ustadku yang dimuliakan oleh Allah SWT. Manusia sebagai mahluk sosial tidak akan mungkin hidup secara sendiri didunia ini, karena sesungguhnya kebersamaan itu akan mengundang keberkahan maka semuanya akan jadi indah jika dilakukan dengan kebersamaan, semua hal kan jadi indah jika ada kebersamaan, seperti hujan yang sangat indah saat dia jatuh secara bersamaan, maka semuanya jadi indah dengan kebersamaan.

Didalam kebersamaan ada perbuatan saling tolong-menolong, saat seseorang saling mengenal dan memahami, maka orang harus saling tolong menolong, memiliki tanggung jawab sosial dan ada kerja sama sosila, karena di dunia ini ada orang yang memilkii kelebihan dan kekurang, maka dalam kehidupan sehari-hari sering manusia yang kekurang meminjam kepada orang yang berlebih.

Tapi ingatlah jika hutang itu bisa menghambat, sebagaimana Rasulullah saja menghambat karena tidak mau menyolatkan orang yang memiliki hutang, padahal orang tersebut memilliki warisan untuk menutupi hutangnya tersebut, hutang itu mudah tapi mengembalikannya menjadi masalah, karena yang sering terjadi dalam hidup kita dimana orang berhutang itu lebih galak dari ada orang yang dia pinjam uanganya, bahkan saat hutang itu ditagih orang itu malah marah-marah dan menunda untuk membayar hutangnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ

 “Penundaan pembayaran oleh pengutang yang mampu adalah kezaliman.” (Muttafaq ‘alaih)

 

Maka orang yang menunda-nunda untuk membayar hutang padahal dia mampu maka itu adalah kezaliman dan orang yang zalim tempatnya di neraka, orang zalim tidak hanya menyiksa orang lain tapi, juga orang yang ada kemampuan untuk membayar hutang tapi dia tidak membayar hutangnya.

 

Sisi lain bagi orang yang menghutangi tentu seperti dalam sebuah dalil “Bagi siapa yang melonggarkan urusan saudaranya maka dia akan dilonggarkan pun urusannya didunia dan diakhirat” maka sangat baiklah orang yg mau membantu saudaranya dan melonggarkan hutang saudaranya. Jadi pastikan jika hutang itu adalah beban diwaktu siang dan keresahan diwaktu malam, artinya setiap orang yang berhutang harus merasakan beban itu, sampai-sampai Allah sangat suka dengan orang yang berhutang tapi dia bekerja keras untuk membayar hutang-hutangnya, maka setiap tetes keringat yang dia keluarkan bisa menghapus dosanya.

Maka sangat penting untuk kita agar tidak menyepelekan hutang, karena hutang itu akan dia tagih di akhirat, bahwa setiap orang jangan terbelit hutang itu ada doanya, agar kita tidak terjerat kepada hutang:

“TUULIJU ALLAYLA FII ALNNAHAARI WATUULIJU ALNNAHAARA FII ALLAYLI WATUKHRIJU ALHAYYA MINA ALMAYYITI WATUKHRIJU ALMAYYITA MINA ALHAYYI WATARZUQU MAN TASYAAU BIGHAYRI HISAABIN”

“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”

 

Jangan sampai kita ini terjebak kepada hutang teruslah berdoa dan berusaha untuk mengembalikan utang tersebut, karena orang yang masih muda mempunyai utang dan berusaha untuk mengembalikan utang tersebut maka Allah menyukai golongan orang yang berusaha untuk membayar hutang dan hak-haknya. Rasullullah SAW memiliki kebiasaan sebelum di tidur selain mengambil wudhu dia suka mencatat hutangnya.

Ayat dan surat yang paling panjang dalam Al-Quran adalah ayat mengenai hutang yaitu Al-Baqarah 282, itu adalah ayat yang paling panjang dan itu membahas tentang hutang piutang, maka diperlukan saksi, ditulis dan di imlah, karena orang sering lupa dengan hutang, hati-hatilah kepada hutang. Jika yang ingin menghutangi juga harus melihat kondisi yang berhutang, jika melihat yang berhutang tidak bisa membayar, maka berikanlah uang yang dia pinjam itu walaupun jika tidak bisa memberi semuanya berikanlah sesuai kemapuan kita, setidaknya untuk menjaga silaturahim.

Kadang masalah hutang itu bukan mengeratkan silaturahmi kadang malah bisa memutuskan silaturahmi, hutang itu kadang menjadi tradisi bagi kita, bukan hanya kita yang punya hutang, Negara pun memiliki hutang kepada Negara lain, hati-hatilah terhadap hutang, jangan sampai besar pasak dari pada tiang, kita berhutang sesuatu yang kita tidak mampu membayarnya, berhutang itu sesuaikanlah dengan kemampuan kita.

Ingatlah Rasulullah SAW saja menunda untuk menyolatkan orang yang masih memiliki hutang, padahal orang itu memiliki harta untuk membayar utangnya, semoga Allah menjauhkan kita dari hutang piutang, semoga bermanfaat.

Wasalamualikum wr, wb.