Ustadku

Apakah Gibah dan Menggunjingkan Orang Bisa Membatalkan Puasa?

Sahabat ustadku yang dimuliakan oleh Allah SWT, semoga kita selalu ditimpakan berkah dan rahmat terbaik dariNya.

Bulan Ramadhan adalah bulan  di mana kita diperintahkan untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi tidak hanya itu, puasa juga memerintahkan kita untuk menjaga napsu dan amarah. Salah satu napsu yang sering dilakukan seseorang adalah melakukan gibah, yaitu membicarakan orang lain, tetapi orang yang dibicarakan itu tidak suka.

Dalam era modern seperti sekarang menggunjingkan orang lain tidak hanya menggunakan lisan, tapi bisa dilakukan dengan tangan, yaitu saat orang-orang menyebarkan berita palsu maupun fakta yang tidak disukai oleh seseorang atau kelompok orang. Sesungguhnya, gibah termasuk dalam dosa besar yang seharusnya dihindari oleh umat muslim. Hal ini dijelaskan dalam sebuah firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 12,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Yā ayyuhallażīna āmanujtanibụ kaṡīram minaẓ-ẓanni inna ba'ḍaẓ-ẓanni iṡmuw wa lā tajassasụ wa lā yagtab ba'ḍukum ba'ḍā, a yuḥibbu aḥadukum ay ya`kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumụh, wattaqullāh, innallāha tawwābur raḥīm

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Betapa besar dosa seseorang yang menggunjingkan orang lain, disamakan seperti memakan bangkai saudaranya. Lalu, seperti apa hukum bagi  orang yang bergibah saat berpuasa? Menurut Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaza-rahimahullah, gibah tidak membatalkan puasa, begitu pula saat seseorang berbohong, mengadu domba dan mencela. Hal ini tidak akan membatalkan puasa atau ibadah yang lainya, tetapi perbuatan itu akan menodai nilai puasanya dan mengurangi pahalanya. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis dimana Rasulullah SAW bersabda,

من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل، فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشراب

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, melakukan kedustaan serta berbuat usil, maka Allah Ta’ala tidak butuh ia meninggalkan makannya dan minumnya” (HR. Bukhari)

Dari hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang yang tidak meninggalkan kata dusta, maka Allah SWT tidak membutuhkan rasa lapar dan dahaganya saat dia berpuasa. Sebenarnya puasa dapat menjadi perisai bagi setiap umat dari perbuatan dosa, seperti sabda Rasulullah saw,

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sahabat ustadku sekalian gibah adalah perbuatan tercela yang seharusnya kita hindari, apalagi saat sedang berpuasa, karena saat tidak bisa menjaga lisan saat puasa, akan membuat nilai puasa kita berkurang, bahkan tidak ada nilainya dimata Allah SWT. Oleh karena itu, mari kita menjaga lisan kita, apabila ada orang yang mencerca, janganlah membalas cercaannya, tapi katakan saja jika kita sedang puasa, insya Allah kita akan selalu dilindungi oleh Allah dari perbuatan tercela. Semoga pembahsan ini bisa bermanfaat.

Wasallamuallaikum wr. Wb.