Ustadku

Salat Tarawih yang Ideal

Sahabat ustadku yang dimuliakan oleh Allah SWT, semoga kita  selalu mendapatkan nikmat dan rahmat berlimpah dariNya. Selalu menjadi umatnya yang taat dan bertakwa kepada Allah SWT. Semoga semangat kita menjalani Ramadan dengan keikhlasan mengambil ridha kepada Allah dan menjadikan kita sebagai hamba yang bertakwa kepada Allah SWT.

Salat merupakan bagian terpenting bagi seorang muslim. Oleh karenanya, salat sunnah merupakan bagian yang mendongkrak bagaimana seorang hamba akan dicintai oleh Allah SWT. Salah satu amalan yang harus kita perhatikan adalah salat tarawih. Perlu dijelaskan, jika salat tarawih bukan merupakan nama salat. Sesungguhnya, nama yang benar adalah Qiyamul Lail, yang berarti ibadah malam.

Sementara At Tarawih, memiliki makna duduk-duduk sejenak. Salat tarawih merupakan salat malam yang diiringi dengan duduk-duduk sejenak. Lalu bagaimana salat yang baik itu? Kita tahu jika syarat diterimanya ibadah hanya ada dua. Pertama adalah ikhlas, seperti yang dijelakan dalam surat Al Bayyinah ayat 5,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Wa mā umirū illā liya'budullāha mukhliṣīna lahud-dīna ḥunafā`a wa yuqīmuṣ-ṣalāta wa yu`tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Kemudian yang kedua, orang yang diterima salatnya adalah orang yang salatnya seperti Rasulullah SAW. Seperti yang disebutkan dalam sabdanya,

صلوا كما رأيتموني أصل

Shollu kama roaitumuni usholli

"Sholatlah sebagaimana kalian melihatku sholat." (HR. Bukhari 631, 5615, 6008)

Berarti kita harus paham, bagaimana sifat salat dari Rasulullah SAW, dari jumlah rakaat ibadah salat tarawih itu dasarnyaa tidak terbatas. Kita diperbolehkan sebanyak-banyaknya melakukan salat tarawih, namun setiap manusia memiliki batasan dalam beribadah. Hal yang paling baik adalah mencontoh jumlah rakaat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Rakaat Rasulullah SAW ketika salat tarawih atau salat malam hanya berjumlah 11 raka’at, 8 salat tarawih, ditambah dengan 3 raka’at salat witir, maka totalnya 11 raka’at. Inilah yang menjadi kebiasan Rasululah SAW, tidak terlalu sedikit, tidak terlalu banyak. Kemudian ada pertanyaan, bisakah mengerjakan salat lebih sedikit dari apa yang telah dicontohkan oleh Rasullullah? Jawabannya tentu saja boleh, karena sunnah kaidah merupakan hal yang memiliki batas minimum.

Untuk Qiyamul Lail memiliki batasan 2 raka’at ditambah dengan 3 witir, tapi yang selalu dilakukan oleh Rasulullah adalah 11 raka’at. Jika kita ingin melakukan lebih dari itu, tidak masalah, Mau salat 23 raka’at juga tidak masalah, lebih dari itu juga bukan masalah,karena ada sahabat Nabi juga pernah melaksanakan salat lebih dari 23 raka’at.

Hal ini menjadi sebuah ka’idah artinya kita harus paham jumlah-jumlah raka’at dalam salat malam. Jangan sampai kita saling mencela jika ada saudara kita yang raka’atnya berbeda dengan kita, misalnya ada masjid yang menjalankan 11 raka’at dan ada yang 23 raka’at, tidak ada yang salah dalam hal itu dan semuanya benar.

Kaidah yang menjadi bahan acunnya adalah pertama salat itu harus tuma’nina yaitu santai. Jangan melakukan salat dengan terburu-buru, carilah masjid yang melakukan salat tarawih dengan tenang, sehingga kita khusuk dan ruh merasa berada dalamnya. Kemudian yang kedua adalah bacaannya harus benar, karena kaidah salat tidak boleh disembarangkan. Semoga kaidah dari prinsip salat tarawih menjadi perhatian kita sehingga kita menjadi hamba-hamba Allah yang berkah karena salat.

Wasallamuallikum wr, wb.