Ustadku

Penyakit Zaman Now

Sahabat ustadku yang diberkahi oleh Allah SWT, semoga kita selalu mendapatkan rahmat dan berkahNya. Sahabat ustadku sekalian, tahukah racun apa yang membuat kita jauh dari Allah? Sifat apa yang membuat kita jauh dari Allah SWT? Penyakit apa yang sering dialami orang sekarang atau yang sering disebut penyakit zaman now? Rasullullah SAW pernah mengingatkan kepada kita, jika akan ada satu masa umat Islam akan seperti hidangan yang diperebutkan oleh musuh-musuh Islam.

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam,

Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Penyakit yang disebutkan oleh Rasulullallah tersebut adalah penyakit zaman now. Penyakit dimana kita merasa terlalu cinta dengan dunia dan takut kematian. Inilah yang disebut penyakit jaman now, berapa banyak orang yang rela menggadaikan kehormatannya hanya kerena uang? Berapa banyak pemimpin yang disumpah tapi pada akhirnya menghianati dan mengabil uang rakyat? Orang-orang bersikap rendah hanya demi mendapatkan simpati dan pujian dari seseorang. Mereka terjebak perasaan cinta kepada dunia dan takut dengan kematian.               

Bukan menjadikan kita bersifat munafik dengan tidak menyukai dunia, tapi selama di dunia dan hidup di dunia. Allah mengajarkan kepada kita untuk meminta kebaikanya, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 201,

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Wa min-hum may yaqụlu rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā 'ażāban-nār

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".

Maka selama dunia hadir, maka dunia menjadi kebutuhan, bukan menjadi kegilaan. Sahabat ustadku sekalian marilah kita lihat surat Al-Imran ayat 14,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Zuyyina lin-nāsi ḥubbusy-syahawāti minan-nisā`i wal-banīna wal-qanaṭīril-muqanṭarati minaż-żahabi wal-fiḍḍati wal-khailil-musawwamati wal-an'āmi wal-ḥarṡ, żālika matā'ul-ḥayātid-dun-yā, wallāhu 'indahụ ḥusnul-ma`āb

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Hal yang disebutkan di ayat tadi semua adalah ujian dan  menjadi syahwad terbesar bagi umat manusia yang seharusnya dijaga. Umar Bin Khatab pernah mengatakan kepada kita jangan meletakan harta di hati, melainkan meletakkannya di tangan kita, karena satu ketika saat harta itu lepas dari tangan kita, maka itu tidak akan melukai hati kita. Jika harta itu kita letakkan di hati kita dan lepas dari hati, maka hati kita akan hancur lebur seperti debu yang tidak berarti.

Nasihat dari Umar Bin Khatab ini mengatakan kepada kita, jika cinta dunia adalah mala petaka. Jika kita terlalu gila dengan dunia, maka ini akan menjauhkan kita dari Allah. Hal ini memberikan pernyataan kepada kita, jika dunia sering membuat kita tidak khusyuk kepada Allah SWT. Dunia sering melalaikan kita, untuk itu yakinkan diri kita, jika dunia itu sementara dan akhirat adalah selamanya, karena kita akan mati dan menghadap Allah SWT, semoga pembahasan ini bermanfat.

Wasallamuallaikum wr, wb.