Ustadku

Mari Meramadankan Tubuh Kita

Sahabat ustadku yang dimuliakan oleh Allah SWT, semoga kita selalu mendapatkan rahmat dan dilimpahkan rezeki olehNya. Sahabat ustadku pembahasan kita kali ini mengingatkan dengan satu lagu yang dinyanyikan oleh Maher Zain yang berjudul “Ramadan” di dalam lagu itu ada sebuah lirik yang berbunyi “Ramadan di hati, ramadan janganlah engkau pergi”, sebenarnya lagu ini inspirasi dari sebuah hadis.

Rasulullah SAW pernah mengatakan dalam sabdanya, “seandainya engkau tahu bagaimana keistimewaan Ramadan maka kau akan meminta dan memohon kepada Allah untuk menjadikan setiap hari itu bulan Ramadan.” Rasulullah mengingatkan kita pada hadis ini karena memang Ramadan adalah puncak kemuliaan yang tidak bisa dimiliki oleh bulan-bulan lainnya. Ada satu pelajaran terpenting yang bisa kita ambil bahwa bulan Ramadan adalah bulan pendidikan yang mendidik semua anggota tubuh kita agar ta’at dan tidak bermaksiat.

Sahabat ustadku sekalian, kunci dari kemaksiatan itu kesengsaran hidup, seperti yang dijelaskan dalam Surat Tahaha ayat 124,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Wa man a'raḍa 'an żikrī fa inna lahụ ma'īsyatan ḍangkaw wa naḥsyuruhụ yaumal-qiyāmati a'mā

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

Maka barang siapa yang sering berbuat dosa dan maksiad, maka Allah akan tutup rezekinya, dan mempersempit urusan hidupnya. Berarti potensi yang harus kita hindari adalah berbuat dosa di antara semua anggota tubuh. Bagaimana jika ada sebuah statement yang mengatakan “mari kita ramadankan tubuh kita” karena sesungguhnya Ramadan mengajak seseorang untuk bertakwa dan kembali kepada visi awal seperti yang disebutkan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 183

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Satu kalimat di atas harus kita ambil sebagai kata akhir dari Ramadan agar kita bisa mendidik tubuh kita untuk menjadi orang yang bertakwa. Mendidik mata agar kita tidak melihat yang diharamkan oleh Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nur ayat 30,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Qul lil-mu`minīna yaguḍḍụ min abṣārihim wa yaḥfaẓụ furụjahum, żālika azkā lahum, innallāha khabīrum bimā yaṣna'ụn

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Ramadan mendidik tubuh kita untuk tidak berbuat dosa, mengajarkan telinga kita untuk tidak mendengarkan hal yang di haramkan oleh Allah SWT. Maka, perkara gibah, mendengarkan aib dan hal-hal yang tidak baik menjadi bagian yang harus kita jauhkan di bulan Ramadan. Begitu juga dengan menjaga mulut agar selalu berbicara pada tempatnya, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah SAW,

 من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليقل خيرا أو ليصمت

mang kaana yu’minu billahi walyaumil akhiri falyaqul khoiron au liyashmut,

”Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya berbicara baik atau diam”

Maka orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang berbicara baik dan memilih diam sehingga tidak perlu mengatakan hal yang sia-sia dan berujung pada perkataan yang buruk. Beberapa Surat dalam Al-Quran menyebutkan tentang perintah untuk menjaga mulut seperti Surat Al-Azab ayat 70,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”

Marilah jadikan Ramadan sebagai bulan yang tempat untuk mendidik mulut. Kemudian didiklah hati agar senantiasa berdzikir kepada Allah dan jauh dari hal-hal yang merusak atau menjadi penyakit hati, iri, dan dengki merupakan salah satu penyakit hati yang harus kita jauhi. Maka puasa mengajarkan agar hati kita lebih lapang dalam menerima rezeki dan kesuksesan orang lain.

Ramadan juga mendidik kemaluan kita, sebagai manusia  kita diperintahkan bagi para kaum laki-laki dan wanita agar menjaga kemaluan mereka. Jika mereka menjaga kemaluannya, akan mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah SWT. Marilah kita meramadankan semua anggota tubuh kita agar kita senantiasa terus beribadah kepada Allah SWT, semoga pembahasan ini bisa  bermanfaat.

Wasallamuallaikum wr, wb.