Ustadku

Teuku Wisnu Menghadapi Banyak Tantangan Setelah Berhijrah

Setiap hal yang kita lakukan pasti ada tantangannya, termasuk dalam berhijrah. Tantangan dalam berhijrah tidak hanya datang dari pihak luar, tapi dari internal kita pun pasti ada. Hal inilah yang dikatakan oleh Teuku Wisnu dalam kisah hijrahnya. Berbicara memang gampang, tapi saat eksekusinya yang sulit, dimana saat ia berhijrah, lalu banyak dapat ‘tawaran-tawaran’ yang menggoda. Tantangan-tantangan ini ada menyerupai godaan dari dalam diri sendiri, dari lingkungan terdekat seperti istri dan keluarga.

Teuku Wisnu dan sang istri sempat berdialog membahas tentang perubahan Wisnu setelah berhijrah. Sang istri, Shireen Sungkar tidak menyangka kalau Wisnu bakal berubah dan menyatakan kalau sosok yang ia mau nikahi dulu, bukan Wisnu yang sepeti sekarang ini. Pernyataan ini merupakan ekspresi kaget dari sang istri, namun ia tetap senang dengan perubahan yang terjadi pada Wisnu. Mengapa? Karena pasangannya berubah menjadi lebih baik, agamanya semakin bagus. Apabila seorang suami semakin dekat dengan Allah, Insyaa Allah akan semakin memuliakan istrinya. Semakin dekat sang suami terhadap Allah, otomatis istri akan semakin dekat dengan suami.

Contoh nyatanya, Teuku Wisnu merupakan seseorang yang cukup kaku dan tidak terlalu romantis. Lebih romantis Irwansyah kalau berdasarkan pengakuan Wisnu. Namun, ia belajar dari sesosok yang romantis, yaitu Rasulullah SAW. Dengan dakwah-Nya yang luar biasa, lelah-Nya yang luar biasa, namun pemimpin umat Islam ini, saat di rumah tetap bisa romantis dengan istri-Nya. Setelah mendengar sebuah kajian, Wisnu sampai menangis karena ternyata salah persepsi sebelumnya akan tugas suami yang tidak hanya sekedar menafkahi istri lahir dan batin, namun masih ada yang lain, salah satunya dengan bersikap romantis dengan istri.

Cerita-cerita romantis Rasulullah begitu luar biasa sekali, bagaimana Ia memberikan lutut-Nya atau paha-Nya untuk membiarkan diinjak oleh istri-Nya agar bisa naik ke unta. Dari cerita ini, Wisnu bercermin bahwa dulu dirinya malu, padahal hanya sekedar membukakan pintu mobil untuk sang sitri. Hal ini dikarenakan ia malu dilededeki ‘suami atau babu’ oleh teman-temannya. Padahal itu pandangan-pandangan atau pemikiran-pemikiran yang tidak boleh dibiarkan. Hal romantis lain yang dilakukan oleh Rasulullah saat di rumah yaitu, Ia tidak akan tidur sebelum istri-Nya tidur. Wisnu pribadi pernah mempraktikkannya kepada sang istri, namun ia akui hal ini sulit dilakukan. Dirinya sampai mencoba untuk melotot-lototkan matanya terus, walaupun pada akhirnya ketiduran duluan. Cerita romantasi lain dari Rasulullah yaitu saat di medan perang, Ia memberhentikan pasukan-Nya untuk mencari kalung istri-Nya yang jatuh.

Banyak cerita-cerita romantis Rasulullah lainnya yang Wisnu dengar. Makanya saat mendengar cerita-cerita tersebut, Wisnu sampai menangis dan minta maaf kepada sang istri. Ia bilang ke istrinya, “sayang, mohon maaf yah, aku kira tugas seorang suami itu hanya memberikan nafkah lahir dan batin. Ternyata ada banyak hal yang aku belum lakukan buat kamu”. Hal yang membuat Wisnu tambah sedih lagi adalah ketika istrinya bilang, “iya sayang, aku cuma butuh perhatian”.

Tantangan juga datang dari pihak keluarga, suatu ketika nyakwa atau tantenya Wisnu, mempertanyakan kenapa Wisnu memelihara jenggot. Lalu, dijawablah oleh Wisnu bahwa memelihara jenggot merupakan sunnah, ia malah disuruh untuk mencari sunnah lainnya. Namun, ia menghadapinya dengan cara yang baik, tidak menyerang nyakwanya yang merupakan orang tua.

Banyak tantangan lainnya, namun Teuku Wisnu merasa Allah memudahkan jalannya dalam berhijrah, apabila dibandingkan dengan teman-temannya. Salah satu contoh terberat yang menurut Wisnu, dimana ia gak bakal sanggup menghadapinya, ketika seorang temanya sampai harus berpisah dengan sang istri dan anak karena memilih untuk berhijrah.