Ustadku

Tanda Hati yang Mati

Sahabat ustadku yang dirahmati oleh Allah SWT, semoga kita selalu mendapatkan rezeki yang terbaik dan selalu dilimpahkan keberkahan yang terbaik dariNya.

Hati yang mati adalah hati yang tidak memiliki kehidupan di dalamnya. Orang seperti ini diibaratkan mayat hidup yang hanya mengejar napsunya. Orang dengan hati yang mati, tidak mengenal Allah dan Rasul dalam hidupnya karena sepanjang hidup hanya dipenuhi napsu untuk memenuhi keinginan di dunia. Dirinya hanya berpikir jika dia akan hidup selamanya di dunia. Orang seperti ini tidak akan pernah menerima nasihat baik ataupun kebenaran karena mata hati dan pintu hidayah untuknya telah ditutup oleh Allah SWT. Berikut adalah beberapa tanda orang yang telah mati hatinya,

Berani meninggalkan salat

Salat adalah perintah wajib yang harus di oleh seluruh umat muslim, hal ini tertuang dalam firman Allah pada surah Al-Baqarah ayat 277,

فَإِذَا قَضَيْتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا ٱطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَٰبًا مَّوْقُوتًا

Fa iżā qaḍaitumuṣ-ṣalāta fażkurullāha qiyāmaw wa qu'ụdaw wa 'alā junụbikum, fa iżaṭma`nantum fa aqīmuṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta kānat 'alal-mu`minīna kitābam mauqụtā

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Orang yang memiliki hati yang mati tidak akan pernah mengingat Allah, sehingga dia memiliki keberanian untuk meninggalkan salat yang memiliki hukum wajib bagi setiap muslim.

 

Merasa tenang walaupun telah melakukan dosa besar

Orang yang merasa tenang dengan berbuat dosa, sesungguhnya orang itu termasuk ke dalam golongan orang yang mati hatinya. Orang seperti ini akan bersikap tidak peduli dengan maksiat yang dilakukannya dan malah menjadikan maksiat tersebut sebagai sebuah kebiasaan. Dia tidak merasa malu atas perbuatannya di hadapan Allah SWT, maupun Rasulullah SAW, dan malah merasa bangga dengan perbuatannya itu.

Jika seseorang terlalu sering melakukan maksiat, maka perbuatan itu akan semakin menumpuk dan membuat hatinya mati. Hal ini di jelskan dalam sebuah firman Allah SWT pada surah Muthafifin ayat 14,

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Kallā bal rāna 'alā qulụbihim mā kānụ yaksibụn

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”

Orang yang bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya adalah orang yang dibenci oleh Allah, hal ini dijelaskan dalam sebuah riwayat dimana Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap umatku akan dimaafkan kesalahan/dosanya kecuali orang-orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan. Dan termasuk berbuat dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu malam dan Allah menutup perbuatan jelek yang dilakukannya tersebut2 namun di pagi harinya ia berkata pada orang lain, “Wahai Fulan, tadi malam aku telah melakukan perbuatan ini dan itu.” Padahal ia telah bermalam dalam keadaan Tuhannya menutupi kejelekan yang diperbuatnya. Namun ia berpagi hari menyingkap sendiri tutupan (tabir) Allah yang menutupi dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 7410)

 

Selalu berbuat maksiat

Penyakit hati bermula dari lalai, ketika lalai itu telah memasuki hati seseorang maka hal itu akan bersarang ke dalam jiwa manusia dan membuat hati orang itu mati. Sehingga orang tersebut akan terus berbuat maksiat tanpa merasa bersalah. Hal ini dijelaskan dalam sebuah firman Allah pada surah An-Nahl ayat 108,

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ

Ulā`ikallażīna ṭaba’allāhu ‘alā qulụbihim wa sam’ihim wa abṣārihim, wa ulā`ika humul-gāfilụn

“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”

 

Tidak tersentuh hatinya dan menjauhi ayat-ayat Al-Quran

Hati yang mati, pintu hatinya telah tertutup rapat, sehingga orang itu tidak akan pernah tersentuh oleh nasihat bahkan ancaman dari Allah SWT. Orang ini juga akan lalai dalam membaca Al-Quran dan dia tidak akan terpengaruh serta tidak akan mendengar Al-Quran. Sesungguhnya Al-Quran adalah peyelamat dan petunjuk terbaik dari Allah, agar bisa menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat dengan sebaik-baiknya.

 

Kesibukannya hanya selalu memfitnah, mengumpat, dan berburuk sangka

Mempertanggung jawabkan sebuah hal yang keluar dari lisan adalah hal yang sangat berat, karena sebenarnya apa yang keluar dari mulut kita adalah hal yang mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Jika seseorang dalam tutur katanya selalu mengeluarkan perkataan yang baik, maka hal itu menjadi pembuktian kemusliman seseorang. Orang yang mengatakan hal yang buruk itu menjadi tanda dari orang-orang yang hina. Orang yang selalu mengumpat, memfitnah, dan selalu berburuk sangka, lama-kelamaan perbuatan itu akan membuat hati seseorang tertutup dan membuat hatinya mati.

 

Itulah tanda-tanda orang yang mati hatinya. Semakin mati hati seseorang, maka semakin jauh orang itu dengan Allah. Semoga kita tidak termasuk kedalam orang yang mati hatinya, semoga hal ini bermanfaat.

Wasalamuallaikum wr, wb.